Menikmati Makanan dengan Alas Daun Pisang
Sebagian makanan tradisional identik dengan alas daun pisang, sebut saja pecel, getuk, nasi timbel, botram (nge-liwet khas sunda) hingga kudapan cemilan lainnya. Makan dengan alas daun pisang adalah bagian dari sebuah experience. Bayangkan bagaimana jadinya ketika makanan yang disebutkan tadi tidak menggunakan alas daun pisang? pasti kita sebagai penikmat makan tersebut akan merasa tidak biasa aneh, canggung bahkan sedikit mengkritisi yang menyajikan makanan. Mulai dari eskpresi raut wajah, hingga spontan memberikan respon ‘kok gak pakai daun pisang?’
Suatu akhir pekan lalu, ketika kami tidak keluar rumah untuk mencari makan siang di luar. Serta istri tetap masak makan siang, maka saya iseng berniat menggunakan daun pisang untuk makan siang kami. Karena sudah beberapa kali di akhir pekan selalu menggunakan daun pisang untuk makan siang, saya jadi tau jenis daun pisang mana yang tidak mudah robek. Daun pisang yang tebal, kuat serta tidak mudah robek biasanya ialah daun pisang buah pisang batu. Yang buah pisangnya biasa digunakan sebagai rujak bebek (rujak khas sunda). Anak kami pun biasanya makan dengan lahap jika makan siangnya menggunakan daun pisang.
Mungkin sebagian teman-teman bertanya, kenapa makan daun pisang bisa menjadikan makan tersebut menjadi lebih nikmat. Dikutip dari orami.co.id, hal ini karena daun pisang dilapisi dengan lapisan lilin yang dapat dimakan yang juga memiliki aroma dan rasa yang khas dan unik. Saat makanan dalam keadaan hangat disajikan di atas daun ini, lilin di daun itu meleleh, dan menambah cita rasa makanan sehingga membuatnya lebih beraroma dan lezat.
Bukan hanya produk digital saja seperti apps atau website yang penuh dengan narasi user experience. Daun pisang sebagai alas makanan pun menjadi sebuah hal yang mewah, penuh dengan kearifan lokal, dan menjadikan aktivitas makan bersama orang tercinta menjadi lebih bermakna. Coba yuk teman-teman membiasakan makan makanan di rumah dengan daun pisang di akhir pekan?
